Nyaru' Sumangat Syukur dan Doa Mohon Keselamatan dari Jubata.
Nek Pak Miris Imam Nyangahatn Suku Dayak Kanayatn |
Setiap kelompok suku bangsa tentunya memiliki cara-cara tersendiri dalam mengungkapkan rasa syukur dan doa mereka kepada Yang Maha Kuasa sesuai adat dan kebiasaan di mana dia lahir dan hidup. Demikian pula pada Suku Dayak Kanayatn tepatnya di Kabupaten Landak Kalimantan Barat, adat sudah tertata dan dihidupi selama berabad-abad diturunkan dari nenek moyang hingga ke anak cucu.
Suku Dayak dikenal dengan ritual adatnya yang apik dan unik. Salah satu adat Dayak Kanayatn yang biasa dikenal oleh sebagian besar masyarakat Kalimantan Barat adalah Adat Nyaru' Sumangat. Seolah "spirit" atau roh seseorang dapat dipanggil untuk kembali bergabung dengan raga agar kehidupan lancar tanpa mengalami gangguan dan mala petaka yang berarti. Penasaran bagaimana dan apa sih sebenarnya Adat Nyaru' Sumangat ini?
Kata "Nyaru" berarti memanggil dengan seruan yang panjang, penuh makna dan dengan cara yang sopan. Sedangkan "Sumangat" berarti semangat, roh, jiwa atau "spirit". Jadi Adat Nyaru' Sumangat secara harafiah dan mendalam dapat diartikan sebuah tata cara atau prosesi adat yang berisi doa dan syukur memohon keselamatan jiwa dan badan kepada Jubata (Tuhan sebutan Suku Dayak Kanayatn). Memohon keselamatan dari mala petaka yang mungkin menimpa baik dari tipu muslihat manusia atau setan, dari sesuatu yang tidak dapat diduga oleh indera maupun melalui tanda alam yang dapat ditangkap dengan indera manusia biasa.
Bagi Suku Dayak adat ini tidak ubahnya sebuah ungkapan doa dan syukur permohonan yang diucapkan dalam bahasa Dayak asli, mendalam, dan memiliki makna tinggi yang sulit diartikan semata dengan kata-kata sehari-hari. Melalui tulisan ini penulis tidak bermaksud menulis secara rinci kata demi kata doanya, melainkan mencoba menjelaskan arti dan maksud Adat Nyaru' Sumangat dari sudut pandang pribadi berdasarkan informasi yang diperoleh secara lisan. Oleh karena itu silahkan dikritisi dan diberi masukan dalam menyempurnakan tulisan ini.
Dalam dunia moderen masa kini orang dapat saja berdoa di tempat dan dengan cara yang menyenangkan, misalnya berdoa di mall, hotel, gedung pertemuan, gereja, dan lain-lain. Namun, pernahkan kita mengalami suasana berdoa di puncak gunung di lingkungan alam langsung atau berdoa dengan cara yang Saya lakukan ketika pada Adat Nyaru' Sumangat pastinya menambah penasaran lagi?
Tidaklah tidak ada sebab mengapa Saya dan keluarga mengadakan Adat Nyaru' Sumangat ini karena sebelumnya Saya terlepas dari kecelakaan maut sepeda motor yang menimpa lebih setengah tahun lalu. Sebagai sebuah doa tradisional yang universal, adat ini bisa diminta oleh sesiapa saja meskipun bukan seorang Dayak bila ia menginginkannya. Adat Nyaru' sumangat adalah sebuah doa ungkapan syukur dengan cara tradisional yang didaraskan oleh seorang panyangah (pembawa doa). Prosesi pembacaan doa disebut nyangahatn.
Adat Nyaru' Sumangat memohon perlindungan dan keselamatan selanjutnya dalam meniti perjalanan kehidupan di mana pun berada kepada Jubata. Seperti halnya seseorang berdoa dan mempersembahkan persembahan sebagai ungkapan doanya demikian pula Adat Nyaru' Sumangat ini dilakukan. Biasanya sebelum mengadakan upacara adat ini terlebih dahulu pihak keluarga mempersiapkan sajian adat nyangahatn-nya yaitu:
- Poe' atau 'lemang': beras pulut (sticky rice) yang sudah dimasak di dalam bambu dan sudah dikeluarkan sehingga bentuknya memanjang.
- Tumpi': kue adonan dari tepung beras dan digoreng.
- Karake': Daun sirih
- Pinang yang sudah dikupas
- Gamer/gambir: sejenis daun untuk nyirih (chewing)
- Rokok daun
- Timako/tembakau
- Kapur ampa'/kapur sirih
- Talo'/Telur
- Pangkaras/Mata duit/uang logam
- Buah Angkabakng/Tengkawang
- Baras/beras Poe' (sticky rice)
- Baras/beras Sunguh: beras yang biasa kita masak dan dimakan sehari-hari.
- Baras/beras banyu dicampur minyak lemak/kelapa
- Baras/beras kuning: beras dicampur kunyit
- Tapukng/Tepung Tawar
- Tapayatn/Tempayan siam
- Manok merah/Ayam Merah Hidup dipegang langsung oleh panyangah.
- Kulita/obor/pelita
tambahan:
- Darah Ayam yang sudah disembelih.
- Ansaut/pisau kecil yang berguna untuk menyembelih, meraut, atau mengiris sesuatu (biasanya daging).
- Manok merah hidup yang sudah direbus, dibelah dadanya.
- Babakng
- Ati
- 2 buah logam/besi yang nantinya dipukul-pukul saat sedang membuka prosesi nyangahatn.
Cara penyajian
Komponen perangkat adat disusun secara teratur dan memiliki makna yang saling melengkapi ujud doa kepada Sang Jubata. Biasanya panyangah juga berperan menentukan sajian adat sesuai intensi pihak keluarga. Berikut ini cara penyajiannya:
Sesuai gambar di atas, Sajian Adat Nyangahatn Utama disimpan pada ceper besar dibagi dalam 3 bagian:
- Mangkuk putih berisi: tumpi' dan poe'
- Piring kecil: berisi baras banyu dan tepung tawar.
- Kedua piring seng besar bertindih terdiri dari piring seng bawah berisi baras sunguh ditimpa dengan piring berisi baras poe' yang diatasnya ada karake', gambir/gamer, rokok daun, kapur ampa', dan timako dalam satu tempat, kemudian di atas beras tersebut juga di taruh pula talo', pangkaras, dan buah angkabakng.
- ditambah kulita/obor/pelita
Prosesi doa (nyangahatn) yang didaraskan, sajian dan tempat disesuaikan dengan maksud nyangahatn diadakan, seperti:
Nyangahatn Manta' mendaraskan doa dengan salah satu sajian ayam dalam keadaan hidup belum masak. Nyangahatn ini merupakan prosesi pembuka/doa awal yang dilakukan di dalam rumah wajib dihadiri orang yang akan didoakan. Caranya panyangah duduk sambil memegang ayam merah yang masih hidup, dan beralaskan tikar dihadapan sajian adat nyangahatn utama sambil mengucapkan: "aasa'..dua..talu..ampat..lima..anam...tujuuuhhh.." menyebutkan tujuh kuasa Jubata yang Saya ingat kuasa Jubata sebagai: patampa (penempa hidup manusia), pangedokng (membuat manusia sempurna), Pajaji (pencipta), dll. Kemudian panyangah menyampaikan ujud doa yang disampaikan berlangsung selama sekitar 10 menit.
|
Nyangahatn Manta' yang prosesinya dilakukan di garasi motor ujud atau intensinya berdoa agar motor yang ditumpangi dijauhkan dari celaka selama dikendarai atau tidak menimbulkan celaka yang berat. Doa yang didaraskan dan sajian adat nyangahatn utama tidak jauh berbeda, namun ada sedikit tambahan sajian yang disebut adat tangah yaitu tapayatn siam dan baras kuning bermakna melindungi dan penengah selama dalam perjalanan.
Nyangahatn Manta' mendoakan kendaraan yang ditumpangi |
Nyangahatn masak. Pada prinsipnya sama dengan nyangahatn manta' ayam yang tadinya hidup sudah dipotong dan semua isi tubuh dikeluarkan. Kemudian ayam direbus dibelah dadanya kemudian dimasukan ati manok (hati ayam) dan babakng (empedal ayam). Selain itu ditambah pula sajian berupa darah ayam "segar" dalam piring kecil dan ansaut melambangkan penebusan dan ampun atas kesalahan yang diperbuat. Dalam prosesi nyangahatn doa diawali sama dengan nyangahatn sebelumnya seraya panyangah memukulkan atau membenturkan kedua besi/logam sambil mengucapkan "aasa'..dua..talu..ampat..lima..anam...tujuuuhhh". Tempat nyangahatn masak juga dilakukan di dalam rumah dan di garasi di mana kendaraan di simpan.
Nyangahatn Masak mendoakan kendaraan yang ditumpangi |
Nyangahatn masak ini merupakan penutup serangkaian acara Adat Nyaru' Sumangat dengan kata lain lengkaplah sudah doa dan syukur diadakan dari mentah sampai masak. Setelah itu pantangnya kendaraan yang sudah di sangah/didoakan tidak boleh dikendarai selama 3 hari dari sejak itu.
Catatan: Sajian adat nyangahatn selain bermakna khusus juga sebagai pengingat agar doa yang diucapkan selama nyangahatn tidak salah karena doa yang diucapkan panyangah juga banyak menyebutkan apa yang disiapkan pada sajiannya. Ibarat saat memberikan derma misalnya dirumah ibadah tentunya hati kita sambil mengucapkan doa supaya uang (sebagai sajian/derma) yang diberikan dengan tulus berguna dan niat hati diterima oleh Yang Maha Kuasa. Demikian pula intensi dan keunikan dalam Adat Nyaru' Sumangat semoga berkenan di hati Jubata.