Alasan masuk akal untuk tidak jatuh cinta lagi pada puber kedua
Romatisme Selama Krisis Paruh Baya | womens-education.com |
"Midlife Crisis" atau Krisis Paruh Baya adalah suatu transisi psikologis kepercayaan diri yang normal terjadi menjelang usia tua dimana seseorang (laki-laki dan wanita) mengalami perubahan psikologis dan perilaku yang drastis.
Krisis paruh baya ini dapat terjadi pada usia 45-64 tahun dan berlangsung 5-10 tahun pada laki-laki dan 2-5 tahun pada wanita. Berdasarkan penelitian ahli sekitar 70-80% orang paruh baya yang diteliti mengalami krisis. Kebanyakan mengarah pada hal-hal yang negatif. Hasil penelitian pada ahli bahwa krisis paruh baya dapat terjadi sepanjang usia dewasa, sehingga seseorang akan mengalami perubahan kepribadian waktu demi waktu menjadi lebih baik. (Sumber: Wikipedia)
Krisis paruh baya ini terjadi mungkin tanpa kita sadari dan ketahui. Mungkin kita bertanya dan langsung memiliki prasangka negatif pada seseorang paruh baya yang memiliki kebiasaan yang tidak biasanya. Rambut bergaya, disemir, perasaan yang menggebu-gebu yang terjadi seakan enggan tua, memperhatikan penampilan, mulai memperhatikan lawan jenis, dan sebagainya. Kesamaan perilaku bak seorang muda belia yang sedang masa pubertas inilah yang diistilahkan sebagai puber kedua yang terjadi pada masa krisis paruh baya.
Sebenarnya juga perilaku pada krisis paruh baya ini bukan karena memang dalam situasi yang menyenangkan maupun mapan, melainkan respon individu akan ketakutan, tidak produktif, kecemasan, ketidakmampuan, dan kekecewaan pada masa lalu. Respon yang diberikan terhadap situasi psikologis tersebut dengan menampilkan perasaan dan perilaku yang dapat mengarah ke hal yang postitif bahkan kebanyakan negatif.
Pada masa krisis ini, mereka (usia paruh baya) ini juga tampil lebih gaul, berpetualang, bahkan sampai keluar masuk diskotek. Mereka yang mengarahkan masa ini ke arah yang positif meningkat produktifitas hidupnya, mencintai pekerjaan, maju bisnis dan karier semakin menanjak.
Pada wanita masa ini ditandai dengan berhentinya menstruasi (menopause) sehingga dapat terjadi pusing, lesu, dan kurang bergairah sehingga kestabilan emosi terganggu. Rambut memutih, kulit mulai keriput, buah dada mulai berubah bentuk mungkin suami mamandang sudah tidak semangat lagi. Tanda-tanda ini sangat berbeda terjadi pada seorang pria paruh baya yang mengalami krisis. Mungkin suami lebih melirik dan lebih mencintai wanita lain tidak dapat dihindari. Pada tahap yang tidak terkendali mungkin terjadi keretakan rumah tangga yang sesungguhnya masing-masing individu ini (pria dan wanita) butuh perhatian dan saling memahami satu sama lain.
Meskipun semua orang dapat saja mengalami krisis paruh baya ini, namun bukan berarti melewatkannya saja tanpa melakukan langkah. Agar masa ini memberikan manfaat yang postitif, maka baiknya masa krisis paruh baya ini dijadikan masa untuk menciptakan hubungan dan kehidupan menjadi lebih baik lagi.
Pada tahap awal, kedua pasangan untuk menyadari bahwa keduanya sedang dalam masa krisis paruh baya agar keduanya dapat saling mendukung dan memahami. Selanjutnya, meningkatkan komunikasi, membangun kepercayaan dan keterbukaan satu sama lain. Ketertarikan dengan orang lain tidaklah dapat disangkal, oleh sebab itu pentingnya membangun dan mengingat kembali komitmen pernikahan yang telah dibangun bertahun-tahun sebelumnya.
Pada masa "Midlife Crisis" suasana romantis sangat dibutuhkan dengan meluangkan waktu hanya berdua seperti halnya sedang berbulan madu, jalan-jalan, memberikan hadiah kesukaan, saling memperhatikan penampilan untuk tujuan berdua. Dengan hal positif ini masa puber kedua kamu dilewatkan dengan cara menyenangkan.
Dibutuhkan kepekaan satu dengan yang lainnya, bila salah satu dari pasangan mengalami krisis ini lebih dulu, sebaiknya saling membantu dan memahaminya.