Apa dan siapa suku Dayak Punan yang biasa disebut-sebut.
Dayak Punan Berburu (Sumber: Suku Pedalaman di Indonesia) |
Cerita tentang "Dayak Punan" sudah sejak lama saya dengar dari ibu saya. Ketika itu Ibu saya mengatakan bahwa Dayak Punan orangnya kecil-kecil, kuat, tidak mudah kelihatan dan tinggal di bawah daun dalam hutan belantara. Cerita ini sangat tidak masuk akal, bagaimana mungkin seorang manusia dari suku Dayak Punan kok badannya kecil - saya pikir sebesar semut - dan tinggal di bawah daun? 😀. Atau cerita itu hanyalah bahasa kiasan yang menggambarkan corak sosial dan kehidupan suku Dayak Punan pada jaman dahulu?
Punan menurut penyelidik Eropa.
Pada awalnya istilah Punan ini muncul ketika orang Eropa mulai menyelidiki pulau Borneo pada akhir abad ke-19 silam dan memunculkan nama Punan yang merujuk pada sekelompok kecil orang-orang yang tinggal di hutan belantara, kehudupannya primitif, jauh dari penduduk desa-desa sekitarnya. Carl Bock (1882), menuliskan arti Punan adalah "orang liar dalam rimba".
Penyelidikan Eropa Hoffman (1988) menuliskan bahwa ada kelompok "suku lain yang tertua" kehidupan mereka berburu, mengumpul, tidak memiliki tempat tinggal yang menetap dengan merambah hutan rimba belantara yang disebut Punan.
"Kelompok Punan ini sesungguhnya kelompok-kelompok penduduk yang paling tua yang tersebar dan hidup di alam liar di dalam hutan Borneo dan hampir sama sekali terasing dari dunia luar," (Carl Bock, 1882).
Ketika Fay-Cooper Cole (1947) bertemu dengan kelompok-kelompok Punan di Kalimantan Tengah dekat perbatasan dengan Kalimantan Timur, dia mendapati bahwa ternyata kelompok-kelompok yang disebut Punan itu mempunyai hubungan dengan desa-desa tertentu. Artinya mereka bukan kelompok-kelompok yang tinggal sendiri melainkan memiliki hubungan dan mengenal kelompok suku lainnya disekitarnya.
Suku Dayak Punan, Kehidupan dan Relasi Sosialnya.
Penyelidik Eropa Hoffman, terlalu dini menyimpulkan bahwa ada kelompok "suku lain yang tertua" juga di Borneo karena dia mengira mereka hidup "terasing" dan tidak memiliki hubungan dengan dunia sekitarnya, agaknya dibantah oleh Cole. Cole menuliskan bahwa Punan memiliki hubungan kekerabatan dengan desa-desa tertentu yang ada di sekitarnya.
Cole juga menulis bahwa kata Punan itu berasal dari bahasa-ibu sebuah kelompok suku Dayak Kalimantan Tengah yang berarti "berkemah". Aktivitas ini memang lazim dalam kehidupan suku Dayak di Pulau Borneo ini. Berkemah atau parokng (sebutan Dayak Kanayatn) merupakan cara yang dilakukan Suku Dayak dalam melakukan perladangan berpindah/bergilir. Menjadi sebuah kebiasaan suku Dayak membuat pondok besar di ladang untuk tempat tinggal sementara selama masa kerja untuk penghematan waktu dan tenaga. Tidak musti harus bolak-balik dari kampung setiap hari menuju ke lokasi perladangan yang memakan jarak dan waktu yang jauh.
Punan merupakan salah satu kelompok suku Dayak (Dayak Punan) yang memiliki keunikan dalam menapaki kehidupannya. Kehidupan mereka sangat tergantung dengan alam (hutan). Pada awalnya hidup di dalam gua, meramu, berburu, mengumpul dan berpindah-pindah menjadi cara mereka dalam mempertahankan hidupnya. Tentunya kehidupan suku Dayak Punan ini sangat berbeda dengan kehidupan suku Dayak lainnya yang tinggal pada sebuah komunitas yang memiliki tempat tinggal (rumah panjang), berladang, dan menetap.
Dalam perkembangan kehidupan untuk memenuhi kebutuhan akan ekonomi suku Dayak Punan tidak ragu membangun pondok atau Parokng untuk bercocok tanam padi, tanam-tanaman kebutuhan rumah tangga lainnya, dan memelihara binatang seperti kehidupan pribumi paling tua lainnya yang menetap.
Suku Dayak Punan, hidup 'berkemah" atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dilakukan bila sumber daya hutan ditempat tersebut sudah tidak memadai dan mendukung kehidupan ekonomi mereka. Meskipun kehidupannya yang berpindah-pindah, tidaklah membuat suku Dayak Punan tertutup dengan dunia hutannya saja. Menempati tempat baru berarti mereka juga siap untuk membangun relasi dengan kelompok-kelompok suku Punan lainnya di sekitarnya.
Dikatakan suku Dayak Punan memiliki relasi yang terjalin ini oleh karena faktor ekonomi. Kelompok rimba Punan juga memerlukan barang-barang untuk keperluan hidup mereka. Barter dalam mendapatkan bahan kebutuhan sehari-hari sangat mungkin dilakukan dengan menukarkan hasil hutan yang dikonsumsi langsung, misalnya buah-buahan, dan hasil lain yang dibutuhkan komunitas sekitarnya di luar rimba.
Di mana saja persebaran penduduk Dayak Punan?
Rumpun suku Dayak Punan tersebar di Kalimantan Barat (Kapuas Hulu), Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sabah dan Sarawak Malaysia. Di Kalimantan Barat suku Dayak Hovongan di Kapuas Hulu merupakan rumpun Dayak Punan. Saat ini kehidupan mereka sudah moderen, kehidupan seni, budaya dan adat-istiadatnya yang apik unik dan menarik.
Referensi:
Simon Takdir (2017), Buku Austronesia Dayaka Tentang Kelompok Suku Salako Dayaka Borneo, Penerbit Top Indonesia.
Punan menurut penyelidik Eropa.
Pada awalnya istilah Punan ini muncul ketika orang Eropa mulai menyelidiki pulau Borneo pada akhir abad ke-19 silam dan memunculkan nama Punan yang merujuk pada sekelompok kecil orang-orang yang tinggal di hutan belantara, kehudupannya primitif, jauh dari penduduk desa-desa sekitarnya. Carl Bock (1882), menuliskan arti Punan adalah "orang liar dalam rimba".
Penyelidikan Eropa Hoffman (1988) menuliskan bahwa ada kelompok "suku lain yang tertua" kehidupan mereka berburu, mengumpul, tidak memiliki tempat tinggal yang menetap dengan merambah hutan rimba belantara yang disebut Punan.
"Kelompok Punan ini sesungguhnya kelompok-kelompok penduduk yang paling tua yang tersebar dan hidup di alam liar di dalam hutan Borneo dan hampir sama sekali terasing dari dunia luar," (Carl Bock, 1882).
Ketika Fay-Cooper Cole (1947) bertemu dengan kelompok-kelompok Punan di Kalimantan Tengah dekat perbatasan dengan Kalimantan Timur, dia mendapati bahwa ternyata kelompok-kelompok yang disebut Punan itu mempunyai hubungan dengan desa-desa tertentu. Artinya mereka bukan kelompok-kelompok yang tinggal sendiri melainkan memiliki hubungan dan mengenal kelompok suku lainnya disekitarnya.
Suku Dayak Punan, Kehidupan dan Relasi Sosialnya.
Penyelidik Eropa Hoffman, terlalu dini menyimpulkan bahwa ada kelompok "suku lain yang tertua" juga di Borneo karena dia mengira mereka hidup "terasing" dan tidak memiliki hubungan dengan dunia sekitarnya, agaknya dibantah oleh Cole. Cole menuliskan bahwa Punan memiliki hubungan kekerabatan dengan desa-desa tertentu yang ada di sekitarnya.
Cole juga menulis bahwa kata Punan itu berasal dari bahasa-ibu sebuah kelompok suku Dayak Kalimantan Tengah yang berarti "berkemah". Aktivitas ini memang lazim dalam kehidupan suku Dayak di Pulau Borneo ini. Berkemah atau parokng (sebutan Dayak Kanayatn) merupakan cara yang dilakukan Suku Dayak dalam melakukan perladangan berpindah/bergilir. Menjadi sebuah kebiasaan suku Dayak membuat pondok besar di ladang untuk tempat tinggal sementara selama masa kerja untuk penghematan waktu dan tenaga. Tidak musti harus bolak-balik dari kampung setiap hari menuju ke lokasi perladangan yang memakan jarak dan waktu yang jauh.
Punan merupakan salah satu kelompok suku Dayak (Dayak Punan) yang memiliki keunikan dalam menapaki kehidupannya. Kehidupan mereka sangat tergantung dengan alam (hutan). Pada awalnya hidup di dalam gua, meramu, berburu, mengumpul dan berpindah-pindah menjadi cara mereka dalam mempertahankan hidupnya. Tentunya kehidupan suku Dayak Punan ini sangat berbeda dengan kehidupan suku Dayak lainnya yang tinggal pada sebuah komunitas yang memiliki tempat tinggal (rumah panjang), berladang, dan menetap.
Dalam perkembangan kehidupan untuk memenuhi kebutuhan akan ekonomi suku Dayak Punan tidak ragu membangun pondok atau Parokng untuk bercocok tanam padi, tanam-tanaman kebutuhan rumah tangga lainnya, dan memelihara binatang seperti kehidupan pribumi paling tua lainnya yang menetap.
Suku Dayak Punan, hidup 'berkemah" atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dilakukan bila sumber daya hutan ditempat tersebut sudah tidak memadai dan mendukung kehidupan ekonomi mereka. Meskipun kehidupannya yang berpindah-pindah, tidaklah membuat suku Dayak Punan tertutup dengan dunia hutannya saja. Menempati tempat baru berarti mereka juga siap untuk membangun relasi dengan kelompok-kelompok suku Punan lainnya di sekitarnya.
Dikatakan suku Dayak Punan memiliki relasi yang terjalin ini oleh karena faktor ekonomi. Kelompok rimba Punan juga memerlukan barang-barang untuk keperluan hidup mereka. Barter dalam mendapatkan bahan kebutuhan sehari-hari sangat mungkin dilakukan dengan menukarkan hasil hutan yang dikonsumsi langsung, misalnya buah-buahan, dan hasil lain yang dibutuhkan komunitas sekitarnya di luar rimba.
Di mana saja persebaran penduduk Dayak Punan?
Rumpun suku Dayak Punan tersebar di Kalimantan Barat (Kapuas Hulu), Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sabah dan Sarawak Malaysia. Di Kalimantan Barat suku Dayak Hovongan di Kapuas Hulu merupakan rumpun Dayak Punan. Saat ini kehidupan mereka sudah moderen, kehidupan seni, budaya dan adat-istiadatnya yang apik unik dan menarik.
Simon Takdir (2017), Buku Austronesia Dayaka Tentang Kelompok Suku Salako Dayaka Borneo, Penerbit Top Indonesia.