Si Tole beragama hanya di bibir saja.
Toleransi anak-anak di lingkungan sekolah (Sumber: https://news.detik.com/foto-news/) |
Bukan bermaksud memojokkan orang yang bernama tole hehe, tetapi yang saya maksud adalah toleransi. Semua orang pasti tau namanya toleransi. Intinya menghargai orang lain dalam melakukan atau menjalankan haknya dan kewajibannya itulah toleransi kan. Terasa adem hati ini ketika melihat foto anak berpelukan di atas.
Menurut KBBI Kemdikbud:
Toleransi berarti "sifat atau sikap toleran".
Toleran berarti "bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri"
Mungkin setiap orang pernah merasa terusik baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalkan secara langsung merasa terusik oleh bunyi speaker azan maghrib tetangga lalu ngomel karena terganggu istirahatnya, tapi juga ada yang terusik secara pikiran karena melihat yang dilakukan orang lain itu sangat tidak masuk akal atau tidak sesuai keyakinan hati. Nah seseorang yang dikatakan toleran, dia mampu menahan diri, sabar, berbesar hati, dan rendah hati menerima kenyataan perbedaan serta dengan sadar memandang manusia punya keunikan, hak untuk melakukan kehendak bebas yang positif. Sekarang kamu diposisi mana?
Banyak jenis kasus intoleran yang terjadi. Di berita kasus intoleran (orang yang tidak toleran) yang terjadi menyangkut kehidupan beragama di masyararakat. Sebenarnya banyak orang toleran di Indonesia ini, hanya oknum segelintir orang saja yang berhati busuk yang menebarkan virus intoleran dalam bentuk ujaran kebencian bahkan sampai pada tindakan anarkis. Ada juga intoleran karena pemahaman yang kurang akan ajaran agama sehingga dengan mudah terprovokasi oleh orang lain untuk melakukan tindakan intoleran. Misalkan melarang orang lain melakukan ibadah, melarang orang dengan keyakinan tertentu tinggal di wilayahnya, melakukan penyerangan saat orang lain melakukan ibadah, membakar rumah ibadah, bom rumah ibadah, merusak rumah ibadah, tidak mengizinkan penganut agama lain membangun rumah ibadah, dan lain-lain.
Bila direnungkan sejenak sangat disayangkan hal ini terjadi? dimana toleransinya? mengapa manusia yang katanya diciptakan oleh Allah dari debu tanah, hatinya seperti binatang buas! Mau menjadi manusia macam apa kita ini bila terus seperti ini! Intinya kejahatan ini pasti bukan berasal dari Tuhan. Yang bilang ini berasal dari Tuhan pasti sudah tersesat!
Hati-hati kalau ada orang yang sudah mulai mencari kesenangan sendiri, mencari teman sepermainan, tanpa ada kontrol diri dan sosial ini bisa menjadi lahan subur egoisme, lama-kelamaan mulai tumbuh bibit intoleran terhadap sesamannya. Jadi memang toleransi itu hanya dibibir saja dan hanya sekedar formalitas. Huh..bingung sih.
Yang berperan penting dalam memupuk rasa toleransi dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua mesti mengajarkan anak-anaknya untuk menghargai keyakinan orang lain mulai dari membiarkan anak bergaul tanpa membedakan. Selain itu juga di masyarakat harus memiliki kontrol sosial yang baik. Misalkan menegur atau mengingkatkan siapa saja yang menunjukan perilaku intoleran. Ini dirasa ampuh menangkal virus intoleran yang merasuki seseorang. Kemudian mendekatkan diri dengan TYME mestinnya menjadi sarana yang ampuh mempertebal jiwa toleransi antar umat.
Manusia yang berakal budi dan berakhlak senantiasa menyadari kelemahan diri sebagai manusia. Manusia makhluk sosial yang tergantung dengan orang lain pasti tidak akan tega melukai sesamanya meskipun memiliki perbedaan yang kentara. Dia akan menyerahkan segalanya kepada pengasihan TYME yang akan berlaku adil.
Mari kita menjadi manusia yang bermartabat yang selalu menyenangkan hati Tuhan lewat tindakan saling toleransi satu dengan yang lainnya agar hidup kita senantiasa diliputi damai sejahtera. Karena orang yang berbuat seenaknya kepada orang lain, hidupnya tidak ada kedamaian dan selalu diliputi ketakutan.